Gunung Merabu

Sebagai negara cincin api, Indonesia dilimpahi dengan banyaknya jejeran gunung api. Khusus di Pulau Jawa saja, gunungnya sangat banyak. Di antaranya adalah Gunung Merapi, Gunung Bromo, Gunung Kelud, hingga Gunung Merbabu.

Tentang Gunung Merbabu, gunung ini terletak di tiga kabupaten sekaligus. Lereng sebelah baratnya berada di wilayah administratif Kabupaten Magelang. Sementara itu, lereng sebelah timur masuk wilayah Kabupaten Boyolali dan lereng sebelah utara masuk wilayah Kabupaten Semarang. Ketinggiannya pun cukup di atas rata-rata dengan mencapai 3.145 mdpl.

Gunung Merbabu kerap menjadi lokasi pendakian bagi pencinta alam. Tidak heran sih, soalnya pesona pemandangan alam indah menghiasi kawasan dataran tinggi ini. Makanya, berbagai kalangan kerap mendaki ke puncak gunung.

Sebelum membahas jalur pendakian ke Merbabu, sebaiknya tahu dulu asal usul singkatnya, ya. Nah, gunung ini disebut dalam naskah-naskah kuno pada masa pra-Islam bernamakan Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Nama Merbabu kemudian muncul pada catatan di zaman Belanda. Kalau dilihat dari segi bahasa, merbabu berasal dari bahasa Jawa. Terdapat dua kata yang membentuknya yaitu Meru berarti gunung dan abu. gunung berapi yang terakhir meletus di tahun 1797 ini dikenal dengan nama Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Dari segi etimologi yang diketahui dari catatan-catatan pada zaman Belanda, kata “merbabu” berasal dari penggabungan dua kata, yaitu “meru” yang bermakna gunung dan “abu”. Masak akal juga, ya.

Untuk mendaki Gunung Merbabu, sebenarnya terdapat beberapa rute yang bisa ditempuh. Tapi ada dua jalur yang paling direkomendasikan, yaitu Jalur Selo dan dan Jalur Wekas. Apa kelebihan masing-masing jalur tersebut? Berikut adalah ulasan jalur pendakian Gunung Merbabu yang harus kamu tahu

Baca Juga :  11 Fakta & Sejarah Jembatan Ampera Palembang (Terbaru)

Jalur Pendakian Gunung Merbabu

1. Jalur Selo

Jalur Pendakian Gunung Merbabu
Photo by @rizapahlevi.3gp via Instagram

Kalau kamu masih merupakan pendaki pemula atau baru ingin mendaki gunung, sebaiknya lewat jalur Selo. Meskipun trek pendakian cukup panjang, tetapi kebanyakan daratannya berupa tanah liat yang mudah untuk dipijat. Jadi tidak perlu khawatir dengan trek berupa pasir, ya.

Jalur bagi pemula ini juga memiliki pemandangan yang sangat menawan. Fitur alam berupa padang savana dan bunga edelweiss akan membayar rasa lelah selama melakukan pendakian. Bahkan, savana 1 dan savana 2 kerap disinggahi pendaki untuk beristirahat dan menginap sebelum melanjutkan pendakian esoknya. Khusus vegetasi bunga edelweiss, bunga abadi tersebut di lereng bukit di Pos Batu Tulis, savana 1 dan savana 2.Tapi ingat untuk tidak memetik bunga cantik ini.

Meskipun tidak begitu sulit didaki, kamu tetap akan menemui kendala. Di Pos Batu Tulis, terdapat trek menantang dengan adanya bukit yang kemiringan tanjakannya hampir mencapai 90 derajat. Jadi tetap harus tetap berhati-hati selama mendaki di jalur Selo.

2. Jalur Wekas

Jalur selo pendakian gunung merbabu
Photo by @putuchrist via Instagram

Sebaliknya, kalau kamu sudah cukup berpengalaman sebagai pendaki, Jalur Wekas bisa menjadi pilihan terbaik. Jalur ini menjadi favorit pendaki yang ingin melalui jalur tercepat menuju puncak. Panjang totalnya hanya sekitar 4,54 km saja. Jalur yang kerap dilalui penduduk setempat ini merupakan jalur setapak dengan mengikuti alur pipa air.

Karena sepanjang jalan dilalui oleh pipa air, maka kamu tidak perlu khawatir kalau kehausan. Terdapat beberapa bak penampungan hasil rembesan air pipa yang bisa menjadi pelepas dahaga.

 Selain itu, medan Jalur Wekas pun tidak begitu terjal dan cukup landai, kok. Pepohonan hijau yang rimbun juga menjadi pelindung dari teriknya cahaya matahari. Ingin beristirahat sejenak? Pelataran luas di jalur ini kerap dijadikan sebagai tempat rehat. Dari titik tersebut, puncak-puncak Merbabu pun sudah bisa disaksikan keindahannya. Mulai dari Puncak Watu Tulis, Puncak Kukusan, dan Puncak Syarif serta Kenteng Songo.

Baca Juga :  Danau Toba, Destinasi Wisata Penuh Pesona Sumatera Utara
jalur gunung merbabu
Photo by @dsmbr22 via Instagram

Kisah Mistis di Gunung Merbabu

Gunung memang kawasan yang kerap menyimpan banyak misteri. Jadi, selain jalur pendakian, kamu sebaiknya tahu juga dengan mitos-mitos yang masih diyakini. 

Penampakan Genderuwo

kisah mistis gunung merbabu
Photo by @ariep_wellahh via Instagram

Sejumlah pendaki mengaku pernah melihat penampakan makhluk raksasa yang kerap disebut sebagai genderuwo. Bukan hanya satu atau dua pendaki saja, pendaki yang menyaksikannya kebanyakan berlokasi di Pos Bayangan 2 Jalur Cunthel. Nah, makanya kamu harus tetap menjaga etika dan sopan santun saat melakukan pendakian di Gunung Merbabu.

Siluman Harimau 

Tak hanya genderuwo, makhluk halus lain di sekitar kawasan ini juga berupa siluman harimau. Keyakinan tersebut berasal dari suara auman harimau tanpa wujud. Meskipun sudah sempat tidak dipercaya lagi, kejadian sesosok mayat wanita ditemukan dengan luka bekas terkaman harimau pada 2008. Mungkinkah perbuatan siluman harimau?

Kerajaan Mistis di Puncak

mitos gunung merbabu
Photo by @andilutz_ via Instagram

Penduduk lokal masih meyakini kalau puncak Gunung Merbabu merupakan wilayah kerajaan gaib. Prajurit kerajaan tersebut berseragam warna merah dan hijau. Makanya, terdapat pantangan untuk tidak mengenakan pakaian dengan warna merah atau hijau. Konon, pendaki akan ditimpa hal-hal buruk, seperti tersesat dan kerasukan. Ngeri, kan?

pendakian gunung merbabu
Photo by @adrianrahman_s via Instagram

Tapi mitos hanyalah mitos. Kalau sudah mantap dan berniat untuk mendaki di Gunung Merbabu, perhatikan juga sistem pendaftaran terbaru, ya. Soalnya sejak April lalu telah diterapkan sistem dari bagi seluruh pendaki. Aturan baru ini dimaksudkan agar bisa mencegah kepadatan di jalur pendakian. Sistem ini juga bisa sekaligus meningkatkan keselamatan pendaki karena data yang lebih rapi.

Kamu tertarik untuk menaklukkan gunung merbabu, segera cek situs tripcetera.com dan dapatkan paket wisata terbaik, kamu juga bisa memesan penginapan murah selama kamu berpetualang hanya di tripcetera.

5/5 - (167 votes)