Gunung Krakatau

Sulit untuk tidak menyebut perihal Gunung Krakatau saat berbicara tentang gunung fenomenal di Indonesia. Justru bukan hanya skala nasional, Krakatau bahkan turut hadir di ruang pembicaraan level internasional. Gunung ini memang populer karena letusannya berhasil menggetarkan hampir seluruh kawasan di dunia. Ngeri, kan?

Penasaran ingin tahu lebih mendalam tentang Gunung Krakatau? Berikut adalah ulasan spesial terkait hal penting yang harus kamu tahu dari gunung dengan letusan maha dahsyat pada 1883 ini.

Sejarah Gunung Krakatau

Sejarah Gunung Krakatau
Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures [CC BY-SA 3.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)]

Letusan Gunung Krakatau pada 1883 memang begitu dahsyat sehingga memicu tsunami. Tapi ternyata ledakan yang menelan puluhan ribu korban jiwa tersebut bukanlah peristiwa erupsi terbesar. Sebelum bencana tersebut, Gunung Krakatau pernah memuntahkan laharnya sehingga mampu membelah Pulau Jawa dan melahirkan Pulau Sumatera hingga saat ini berada di atas perairan Selat Sunda. Diperkirakan kejadian tersebut telah berlangsung pada abad 5 Masehi. 

Letusan Gunung Krakatau

Letak Gunung Krakatau

Sebagai kawasan cincin api, Indonesia memiliki begitu banyak gunung berapi. Di antaranya adalah Krakatau atau Rakata. Area gunung ini merupakan kepulauan vulkanik yang masih aktif. Tepatnya, Gunung Krakatau berlokasi di Selat Sunda, penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Gunung Krakatau Purba

Gunung krakatau Indonesia

Kejadian tersebut tersirat dalam naskah Jawa kuno bertajuk Pustaka Raja Parwa. Naskah yang diperkirakan ditulis pada awal abad ke-5 Masehi menyebutkan kalau: “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datang badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia.” 

“Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatra,” 

Seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda, Berend George Escher kemudian menyimpulkan kalau Gunung Batuwara merupakan Gunung Krakatau Purba. Guru Besar Universitas Leiden ini memang sering meneliti gunung berapi di Indonesia, di antaranya Krakatau, Kelud, Galunggung, dan Merapi.

Gunung Gunung Krakatau Purba diyakini memiliki ketinggian hingga mencapai lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, gunung ini juga memiliki lingkaran pantai mencapai 11 kilometer. Letusan gunung purba pun berlangsung sekitar 10 hari dan memuntahkan material erupsi sebanyak sekitar 1 juta ton per detik. 

Nah seperti letusan Gunung Krakatau pada abad ke-17 Masehi, ledakan Krakatau Purba juga berdampak hebat seantero dunia. Hal itu dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh David Keys dalam Catastrophe: An Investigation Into the Origins of the Modern World (2000). David mengungkapkan kalau peristiwa tersebut berkaitan dengan bencana alam yang menyebabkan perubahan besar di Eropa selama abad ke-6 dan ke-7 M. 

Beragam peristiwa besar pun terjadi secara langsung dan tidak langsung atas letusan gunung pada saat itu. Di antaranya adalah keruntuhan sejumlah peradaban kuno, seperti Persia purba di Asia Barat, Nazca di Amerika Selatan, dan Maya di Amerika Tengah. Melemahnya Kekaisaran Romawi dan digantikan oleh Kerajaan Byzantium juga tak terlepas dari pengaruh erupsi.

Akibat lain dari letusan gunung adalah suhu udara yang menjadi dingin secara berkelanjutan. Temperatur tersebut menjadi pemicu wabah penyakit sampar bubonic. Jumlah penduduk di seluruh dunia kemudian menyusut secara drastis. Adapun Benjamin Reilly dalam buku Disaster and Human History (2009) juga menyebutkan menyebarnya wabah pes. Wabah tersebut kebanyakan menjangkiti wilayah Afrika bagian timur. 

Saking besarnya ledakan Gunung Krakatau Purba, tanah Jawa begitu berguncang. Saat itu, gunung ini memang berada di atas Pulau Jawa. Akan tetapi bencana tersebut menjadikan tanah kawasan gunung menjadi amblas sehingga membentuk selat. Pulau Jawa kemudian terbelah dengan Pulau Sumatera dengan dipisahkan Selat Sunda.

Baca Juga : 11 Fakta Gunung Rinjani (Gunung Terindah di Indonesia)

Gunung purba kemudian hancur setelah ledakan super tersebut hingga menyisakan kaldera atau kawah besar di bawah laut. Adapun tepi kalder menciptakan tiga pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil). Kemudian terbentuk pulalah Gunung Krakatau baru yang meletus kembali pada abad 17 M. Kelanjutannya masih belum berakhir dengan munculnya Gunung Anak Krakatau yang disaksikan saat ini.

Gunung Anak Krakatau

flydime [CC BY 2.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/2.0)]

Untuk pertama kalinya, Gunung Anak Krakatau muncul pada 1929 hingga kini. Pertumbuhannya pun terus berlangsung sehingga penaksiran percepatan pertumbuhannya rata-rata mencapai 4 meter per tahun. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Jadi, aktivitas vulkanik yang begitu tinggi membuat material dari perut gunung terus bertumbuh pula. Tahun lalu, status gunung ini pun sempat mengalami peningkatan signifikan karena potensi tsunami. 

Status Gunung Anak Krakatau

Sepertinya Gunung Anak Krakatau masih terus menunjukkan potensi yang memicu bencana terulang kembali. Sejak 1992 silam, kawasan gunung ini kerap dikunjungi warga atau masyarakat yang penasaran. Adapun pertambahan tinggi dan volume gunung, nantinya gunung ini akan melebihi Gunung Rakata Danan dan Gunung Perbuwatan. Prediksi tersebut diramalkan pada 2020.

Jadi nantikan liburan menyenangkan dengan paket wisata terbaik di Tripcetera, ya! Untuk memudahkan mobilisasi selama berwisata, fitur lain Tripcetera adalah menyewa  kendaraan rental bersama dengan supirnya. Itu lho yang akan menjadikan liburan berkeliling kawasan destinasi wisata populer menjadi lebih berkesan dong!

5/5 - (2 votes)