Keraton Yogyakarta
Belum lengkap kalau berkunjung ke Jogja tapi tidak jalan-jalan ke Keraton Yogyakarta. Bangunan budaya bersejarah ini selalu dilirik oleh wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Objek wisata ini merupakan salah satu keraton paling terkenal dan terbesar di Indonesia.
Lokasi keraton pun begitu strategis di pusat kota Yogyakarta. Bahkan, Alun-alun Utara terletak di halaman depan dan Alun-alun Selatan berada di halaman belakang keraton. Di dalam keraton, pengunjung pun bisa menyaksikan aktivitas budaya Jogja dan koleksi barang keraton yang begitu berharga.
Terdapat sejumlah ruangan yang bisa dijelajahi saat mengunjungi keraton. Masing-masing ruangan pun memiliki kekhasannya tersendiri dengan koleksi furniturnya. Di antara peninggalan atau barang yang bisa disaksikan adalah senjata, batik, diorama, keramik, barang pecah belah, dan beragam miniatur.
Sejarah Keraton Yogyakarta
Asal Mula Keraton
Sejarah pembangunan Keraton Yogyakarta tak terlepas dari Kerajaan Mataram yang menjadi salah satu kerajaan yang berjaya pada 1588. Kerajaan bercorak Islam ini memiliki pengaruh besar dalam memerangi penjajah Belanda. Apalagi, intervensi Belanda saat itu memecah belah persatuan Indonesia hingga melahirkan Perjanjian Giyanti. Isi perjanjian tersebut adalah pembagian wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Susuhan Paku Buwono III dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I. Keraton Kesultanan Ngayogyakarta kemudian bertahan hingga sekarang dan tetap awet.
Menjadi Warisan Dunia
Keraton Yogyakarta merupakan warisan dunia berharga yang diakui oleh UNESCO. Pengakuan tersebut karena cagar budaya ini menyimpan berbagai peninggalan sejarah, termasuk koleksi raja dan bangsawan Jogja. Di antaranya adalah keris dan tombak. Datang langsung untuk menyaksikan koleksi-koleksi antiknya, ya.
Misteri Keraton Yogyakarta
Diapit Dua Kekuatan Alam
Bangunan bersejarah di Jogja ini diyakini dilindungi oleh dua kekuatan alam. Bahkan, letaknya berada di antara Gunung Merapi di sebelah utara dan Pantai Selatan di bagian selatan. Ketiga situs ini kemudian menunjukkan konsep kepercayaan Hindu berupa Palemahan, Pawongan, dan Parahyangan. Palemahan, hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan ditunjukkan melalui Pantai Selatan. Adapun Pawongan, hubungan harmonis antara sesama umat manusia disimbolkan melalui Keraton Yogyakarta. Terakhir, Parahyangan, hubungan harmonis antara manusia dan Pencipta menjadi simbol Gunung Merapi.
Dibangun Sesuai Arah Mata Angin
Bangunan Keraton Yogyakarta ternyata cukup unik dalam arsitekturnya. Soalnya, arah gedung ini dibangun berdasarkan mata angin. Kompleks yang berada di sebelah utara menghadap ke utara. Begitu pun sebaliknya, kompleks di sebelah selatan menghadap ke selatan.
Peran Sakral Sultan di Ruangan Keraton
Sultan menjadi figur utama dan sakral yang berkuasa dalam rangkaian aktivitas kehidupan keraton, termasuk militer dan keagamaan. Kesakralan tersebut semakin terpancar dari ruang keraton dan frekuensi kunjungan sultan.
Misalnya, Sultan hanya berkunjung sebanyak tiga kali selama setahun di alun-alun, siti hinggil, dan pagelaran. Kunjungan tersebut dilakukan saat Pisowanan Ageng Grebeg Mulud, Sawal dan Besar. Adapun kesempatan khusus dilakukan pada penobatan sultan dan putra mahkota.
Sementara itu, sultan lebih intens melakukan aktivitasnya di Kemandhungan yang berada di Bangsal Pancaniti. Di tempat itu pulalah, sultan menyelesaikan beragam persoalan yang harus ditangani. Abdi dalem keraton pun menunggu untuk menghadap sultan di area ini.
Abdi Dalem
Berkunjung ke keraton, kamu akan menemukan sejumlah orang yang mengenakan pakaian tradisional khas Jawa. Mereka merupakan abdi dalem yang sesuai namanya mengabdikan diri untuk Keraton Yogyakarta. Abdi dalem keraton begitu setia. Proses perekrutan menjadi abdi dalem pun cukup menarik hingga memiliki lowongan kerja khusus juga.
Lokasi Sekitar Keraton
Kawasan Bebas Banjir
Permukaan tanah di area Keraton Yogyakarta berupa gundukan yang cenderung lebih tinggi daripada permukaan tanah di sekitarnya. Bagi orang Jawa, posisi tersebut disebut sebagai Bathok Bulus atau cangkang kura-kura. Memang mirip sih, ya. Posisi itu pun menguntungkan keraton karena dapat mencegah terjadinya banjir meski hujan mengguyur. Tak hanya itu, letaknya menjadikan Keraton Yogyakarta menjadi lebih mudah disaksikan oleh masyarakat setempat.
Pertunjukan Budaya Khas Jawa
Aktivitas yang tak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke Keraton Yogyakarta adalah menyaksikan pertunjukan budaya khasnya. Mulai dari pertunjukan macapat, wayang kulit, wayang golek, hingga tari tradisional dapat dinikmati. Pengunjung pun tidak dibebankan untuk membayar biaya tambahan, lho.
Jadi kamu cukup mengingat jadwal pertunjukan agar bisa menyesuaikan dengan rencana waktu kunjungan, ya. Pada Selasa Wage, misalnya, kamu bisa menonton lomba Jemparingan atau Panahan ala gaya Mataram di Kemandhungan Kidul. Menariknya, peserta Jemparingan diwajibkan untuk mengenakan pakaian tradisional dan memanah dalam posisi duduk.
Baca Juga : 10 Tempat Terbaik untuk Menyaksikan Tarian Adat Bali
Jadwal Pertunjukan
- Senin-Selasa: Musik Gamelan mulai pukul 10.00 WIB
- Rabu: Wayang Golek Menak mulai pukul 10.00 WIB
- Kamis: Pertunjukan Tari mulai pukul 10.00 WIB
- Jumat: Macapat mulai pukul 09.00 WIB
- Sabtu: Wayang Kulit mulai pukul 09.30 WIB
- Minggu: Wayang Orang dan Pertunjukan Tari mulai pukul 09.30 WIB
Lokasi Keraton Yogyakarta
Jalan Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kalau kamu sedang berada di pusat Jogja, arahkan kendaraan menuju Jalan Rotowijayan. Kamu bisa menyewa mobil atau naik transportasi umum. Selanjutnya, kamu akan menikmati berkesannya liburan yang penuh dengan nilai budaya dan sejarah di Keraton Yogyakarta. Bakal seru dan bikin takjub, deh!
Pastikan juga sudah memesan hotel murah di jogja untuk tempat menginap selama bepergian disana ya. Yuk liburan bersama Tripcetera