Candi Ratu Boko

Salah satu destinasi wajib yang dikunjungi saat berlibur ke Yogyakarta adalah Situs Candi Ratu Boko. Bangunan yang menjadi bukti peninggalan kejayaan sejarah negeri pada masa lampau ini masih menyisakan kemegahannya. Tempat yang disebut pula sebagai Keraton Ratu Boko merupakan perpaduan dari dua fungsi, antara candi dan istana. Untuk lebih jelasnya, yuk perhatikan fakta-fakta unik dan informatif berikut tentang Ratu Boko.

Lokasi dan Rute Menuju Ratu Boko

Pertama-tama, tentunya kamu harus tahu terlebih dahulu tentang lokasi kompleks Ratu Boko. Tepatnya, situs ini berada diantara dua dusun, yaitu Samberwatu (Desa Sambirejo) dan dusun Dawung (Desa Bokoharjo) Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Untuk mencapai kawasan wisata sejarah ini, kamu cukup melewati jalan poros Jogja-Solo menuju ke arah Candi Prambanan. Tepat sebelum Prambanan, belok kananlah di pertigaan. Tidak jauh dari ruas jalan tersebut, kamu akan tiba di Ratu Boko. Cukup ikuti 

Awal Mula Sebagai Vihara

kompleks candi ratu boko
Photo by @ards04_ via Instagram

Sebelum bisa diakses oleh masyarakat umum seperti sekarang, Ratu Boko dulunya belum terjamah secara bebas. Pada masa Hindia Belanda, penelitian yang dilakukan oleh FDX Bosch menemukan reruntuhan Ratu Boko. Dari Prasasti Abhayagiri di puing reruntuhan ini, terkuak kalau kompleks ini awalnya merupakan wihara untuk pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri. Prasasti dengan tulisan angka 792 M tersebut menerangkan kalau Rakai Panangkaran yang mengundurkan diri dari Raja Mataram membutuhkan ketenangan dan tibalah di area ini.

Baca Juga : Candi Ijo, Pesona Sunset Candi Tertinggi di Jogja

Beralih Fungsi Menjadi Istana 

Setelah menjadi vihara Buddha, perkembangan kompleks Ratu Boko beralih menjadi keraton. Situs ini kemudian difungsikan sebagai istana bagi Rakai Walaing Pu Khumbayoni pada tahun 856 M. Sebagai raja Hindu, arsitektur bangunan kemudian diberikan sentuhan agama Hindu tanpa menghilangkan ornamen Buddha sebelumnya secara total. Sejumlah unsur Hindu pada bagian bangunan di antaranya ialah lingga dan yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha”. Tulisan tersebut merupakan bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra atau Dewa Siwa. Hingga kini, pengunjung masih tetap bisa menyaksikan keindahan toleransi antar umat beragama yang telah ditumbuhkan sejak dulu itu.

Bagian Gerbang Ratu Boko

Photo by LUKAS FITRIA ADI SETIAWAN on Unsplash

Selanjutnya, kita akan memulai penjelajahan virtual di kawasan Ratu Boko. Pengunjung akan memasuki situs ini dari arah barat. Tak jauh dari loket karcis, kamu akan menemukan gerbang masuk kawasan yang berada di tempat yang relatif lebih tinggi. Gerbang untuk masuk terbagi menjadi dua, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam atau gerbang utama. Sekitar 15 meter dari gerbang luar, terdapat gerbang utama. Dimana terdiri dari Gerbang utama berupa 5 gapura paduraksa sebaris sejajar dengan gerbang luar yang terpisah jarak sekitar 15 meter saja. Terdapat tangga yang masih awet menghubungkan antara kedua gerbang tersebut. Setelah melewati gerbang ini, kamu pun akan mendapati beragam bangunan di kompleks Ratu Boko.

Candi Pembakaran dan Candi Batu Putih

Jaraknya sekitar 45 meter dari gapura utama, terdapat candi yang berbahan batu putih. Makanya, candi tersebut dinamakan Candi Batu Putih. Selanjutnya, pengunjung juga akan menemukan Candi Pembakaran atau Pembokoran yang merupakan candi berbentuk bujur sangkar. Terdapat pula dua teras pada candi dengan luas 26 meter persegi. Nah, kenapa dinamakan sebagai Candi Pembakaran? Ternyata, candi ini dulunya memang digunakan sebagai lokasi pembakaran jenazah. Tidak heran, ya. 

Sumur Misterius, Amerta Mantana

Lanjutkan perjalanan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran, maka kamu akan menemukan sumur misterius. Sumur Amerta Mantana atau air suci yang diberikan mantra ini kerap menjadi spot yang wajib dikunjungi di Ratu Boko. Bahkan, air dari sumur penuh misteri ini masih tetap sering dipakai oleh masyarakat setempat. Konon, air sumur suci tersebut dapat memberikan keberuntungan bagi pemakainya. Disarankan pula kalau berkunjung pada saat hari raya Nyepi. Sebagai pemeluk agama Hindu, meskipun tidak menjalankan ritual Hindu Bali, penduduk di sekitar candi memanfaatkan air suci tersebut untuk ritual Tawur Agung yang dihelat sehari sebelum hari Nyepi. Pemanfaatan air dilakukan sebagai simbol untuk memurnikan kembali diri sendiri serta mengembalikan harmoni di bumi dan seisinya. Jadi, sebaiknya datanglah pada hari menjelang Nyepi untuk menyaksikan prosesi upacara Keenan bersama keluarga, ya.

Pemandian Berupa Kompleks Kolam dan Kaputren 

Selain sumur, terdapat pula kompleks kolam di Situs Ratu Boko yang terbagi menjadi bagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh dinding penyekat dan terhubung oleh sebuah pintu. 

Kolam di bagian utara memiliki  5 kolam besar dan 2 kolam kecil, sedangkan kompleks di bagian selatan memiliki 14 kolam besar berbentuk bulat, 13 kolam kecil berbentuk bulat dan 1 kolam berbentuk kotak. Selain kolam tersebut, ada pula Kaputren yang menjadi kolam pemandian dengan kedalaman 2 meter dan luas 8 meter x 31 meter. Kaputren diyakini merupakan tempat mandi bagi sang raja dan istrinya. Merupakan salah satu spot unik, menyempatkan curi kesempatan untuk berfoto di sini adalah ide seru yang sebaiknya dilakukan secara bareng-bareng.

Ruang Tunggu Raja di Paseban

Masih ada spot yang tidak boleh dilalui begitu saja saat berada di Ratu Boko, yaitu Paseban. Di sini, para tamu raja akan menunggu sebelum bisa menghadap raju. Area ini berjarak 45 di sebelah selatan dari gapura gerbang. Adapun material paseban memiliki tinggi sekitar 1,5 m x 7 m x 38 m. Berkunjung di area ini, kamu bisa berkhayal seolah merupakan tamu raja pada masa lalu.

Goa Lanang dan Goa Wadon

Terakhir, pengunjung sebaiknya menuntaskan perjalanan hingga ke bagian goa. Terdapat dua gua di Ratu Boko, yakni Goa Lanang dan Goa Wadon. Goa Lanang terletak di timur laut paseban berupa lorong persegi, sedangkan Goa Wadon berlokasi di sebelah tenggara paseban dengan jarak sekitar 20 meter. Saat memasuki gua, pengunjung akan menemukan relung yang menyerupai bilik. 

Pemandangan Senja Romantis di Ratu Boko

senja di candi ratu boko
Photo by @almashaf via Instagram

Tak hanya menjelajahi nilai sejarah di situs ini, kamu akan menikmati pemandangan yang begitu menawannya. Sangat disarankan untuk datang pada sore hari agar bisa menyaksikan momen paling ditunggu-tunggu. Betul, matahari senja seperti yang menjadi favorit anak indie masa kini. Pasti deh, dijamin akan takjub dengan siluet Ratu Boko yang berpadu dengan pancaran sinar orange dari sunset. Biasanya pengunjung mengambil foto di gerbang utama sehingga hasilnya tampil lebih memikat. Jadi, jangan lupa untuk membawa kamera kalau berkunjung ke sini, ya. Pastikan juga langit sedang cerah-cerahnya, sehingga kabut dan awan tidak menutupi kawasan Ratu Boko. 

Itulah sejumlah hal yang harus kamu tahu sebelum menginjakkan kaki ke Istana Ratu Boko. Untuk masuk ke dalam kompleks ini, pengunjung hanya dibebankan biaya senilai Rp40.000 bagi orang dewasa dan Rp20.000 bagi anak-anak.

Dapatkan info wisata menarik lain hanya di blog tripcetera, selain info wisata, tripcetera juga menyedikan paket wisata murah dan promo hotel murah hanya untuk kamu.

featured image credit : Gunkarta [CC BY-SA 3.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/)]

5/5 - (3 votes)